Rabu, 26 Juni 2013

Bobot Jenis & Kerapatan Zat



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Sekarang ini ahli farmasi dituntut untuk pengetahuannya dalam bidang farmakologi, kimia organic, biokimia dan pengetahuan ilmiah mengenai sifat-sifat fisika dan kimia dari produk obat baru yang dibuat dan diencerkan.
Pengetahuan kelarutan untuk ahli farmasi sangat penting sebab dapat membantu dalam memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau  kombinasi obat, dapat bertindak sebagai standar atau uji kemurnian.
Salah satu sifat fisika obat yang mempengaruhi bioavaibilitas dari sediaan farmasi adalah bobot jenis dan rapat jenis, dimana bobot jenis suatu zat berbeda dengan bobot jenis zat yang lainnya. Kelarutan suatu senyawa tergantung pada sieat eisika dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga tergantung pada faktor temperatur, tekanan, ph larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil, tergantung pada hal terbaginya zat-zat terlarut.
Bobot  jenis merupakan besaran yang menyatakan perbandingan  antara massa (g) dengan volume (mL), jadi satuan bobot jenis adalah g/mL. Sedangkan rapat jenis adalah perbandingan antara bobot jenis sampel dengan bobot jenis air suling, jadi rapat jenis tidak memiliki satuan.
Dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka kita dapat melakukan pemeriksaan identitas, konsentrasi dan kemurnian senyawa aktif. Di samping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan mempermudah dalam memformulasi obat juga dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya. Dengan mengetahui banyaknya manfaat dari penentuan bobot jenis maka dilakukanlah percobaan ini.
B.   Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah menentukan bobot jenis beberapa cairan (alkohol, gliserin, minyak kelapa parafin cair dan sirop) dan menentukan kerapatan beberapa padatan (asam borat).







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Teori Umum
Bobot jenis adalah konstanta atau ketetapan bahan yang tergantung pada suhu yang padat, cair, dan bentuk gas yang homogen. Rapat jenis adalah perbandingan antara bobot zat berbanding dengan volum zat pada suhu tertentu. Untuk bidang farmasi biasanya 25o C (Ansel, 2004).
Berbeda dengan kerapatan bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap jumlah volume air pada suhu 4oC atau temperatur lain yang etlah ditentukan (Gibson, 2004).
Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias), kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksaan konsentrasi dan kemurnian senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi (Ansal, 2004).
Cara pengukuran bobot jenis ada beberapa cara antara lain (Lachman, 1986) :
1.  Piknometer (biasanya terbuat dari kaca bentuk erlenmeyer kecil dengan kapasitas  antara 10 mL sampai 50 mL).
2.  Hidrometer berupa pipa kaca yang ujungnya tertutup dan bagian bawahnya tertutup dan diberi pemberat pada bagian bawah. Bila lat ini dicelupkan dalam cairan yang akan diperiksa maka angka menunjukkan bobot jenisnya.
3.  Mohr-Westphal Balane. Alat ini hampir sama dengan neraca lengan kiri berisi tabung kaca dengan pemnberatnya (sehingga bila dicelupkan dalam cairan yang akan diperiksa akan tenggelam). Selanjutnya lengan sebelah kanan berisi pemberat yang dapat ditambahkan dan dapat dikurangi. Jumlah pemberat yang berada dalam keadaan kesetimbangan dengan gaya tolak cairan menunjukkan bobot cairan yang dipindahkan sejumlah volume tabung tersebut. Prinsip penentuan ini sebenarnya berdasar prinsip hukum Archimedes. Bila benda dicelupkaqn dalam air maka benda tersebut akan mendapat perlawanan (gaya ke atas) sebesar jumlah air yang dipindahkan.
Kecuali dinyatakan lain masing-masing monografi, penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25o C terhadap bobot air dengan volum dan suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dengan monografi, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang telah ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama.  Bila pada suhu 25o C zat tersebut berbentuk padat, tetapkan bobot jenis  pada  suhu yang ada atau  tertera pada  masing-masing monografi, dan mengacu pada air dengan  suhu 25o C (http.www.chemetry, 2010).
Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap jumlah volume air pada suhu 4oC atau temperatur lain yang etlah ditentukan (Lachman, 1986).
Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias), kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksaan konsentrasi dan kemurnian senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi (Ansel, 2004).
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan volume zat pada suhu tetentu (Biasanya 25oC). Sedangkan rapat jenis adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat dengan bobot jenis air pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai 25o/25o, 25o/4o, 4o/4o). Untuk bidang farmasi, biasanya 25o/25o  (Sutoyo, 1993).
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat terhadap air volume yang sama ditimbang di udara pada suhu yang sama .Menurut defenisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam decimal, dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat mempunyai temperature yang sama atau temperature yang telah diketahui. Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hydrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan (Roth, 1994).
Pada 4oC, kepadatan air adalah 1 g dalam satu centimeter kubik. Karena USP menetapkan 1 mL dapat dianggap equivalent dengan 1 cc, dalam farmasi, berat 1 g air dianggap 1 Ll. Bobot jenis adalah konstanta/tetapan bahan tergantung pasa suhu untuk tubuh padat, cair dan bentuk gas yang homogen. Didefenisikan sebagai hubungan dari massa (m) suatu bahan terhadap volume (v). Angka bobot jenis menggambarkan suatu angka hubngan tanpa dimensi, yang ditarik dari bobot jenis air pada 4oC ( = 1,000 gram/mL-1 ). Bobot jenis relative dari farmakope-farmakope adalah sebaliknya suatu besaran ditarik dari bobot dan menggambarkan hubungan berat dengan bagian volume yang sama dari zat yang diteliti dengan air, keduanya diukur dalam udara dan pada 200C (Sutoyo, 1993).
Penentuan bobot jenis berlangsung dengan piknometer, Areometer, timbangan hidrostatik (timbangan Mohr-Westphal) dan cara manometris. Ada beberapa alat untuk mengukur bobot jenis dan rapat jenis, yaitu menggunakan piknometer, neraca hidrostatis (neraca air), neraca Reimann, neraca Mohr Westphal (Roth, 1994)
Metode Piknometer .Pinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer dilakukan dengan menimbang air. Menurut peraturan apotek, harus digunakan piknometer yang sudah ditera, dengan isi ruang dalam ml dan suhu tetentu (20oC). Ketelitian metode piknometer akan bertambah sampai suatu optimum tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Optimun ini terletak sekitar isi ruang 30 ml. Ada dua tipe piknometer, yaitu tipe botol dengan tipe pipet (Sutoyo, 1993).
Neraca Mohr Westphal dipakai untuk mengukur bobot jenis zat cair. Terdiri atas dua dengan 10 buah tekuk untuk menggantungkan anting, pada ujung lekuk yang ke 10 tergantung sebuah benda celup C terbuat dari gelas (kaca) pejal (tidak berongga), ada yang dalam benda celup dilengkapi dengan sebuah thermometer kecil untuk mengetahui susu cairan yang diukur massa jenisnya, neraca seimbang jika ujum jarum D tepat pada jarum T (Roth, 1994).







B.   Uraian Bahan
1)  Air suling (Dirjen POM, 1979 :96)
Nama Resmi       : AQUA DESTILLATA
Nama Lain           : Air Suling
RM / BM               : H2O / 18,02
Bobot jenis           : 1 g/mL
Pemerian             :  Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa,
Kelarutan             :  Dapat bercampur dengan alkohol
Penyimpanan     : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan           :  Sebagai pembanding bobot jenis
2)  Alkohol  (Ditjen POM, 1979 :65)
Nama Resmi        :  AETHANOLUM
Nama Lain           :  Etanol / Alkohol
RM                         :  C2H5OH
RS                         :  CH3-CH2-OH
Bobot jenis           :  0,8819 sampai 0,813
Pemerian             :  Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan             :  Sangat mudah larut dalam air,dalam kloroform      P. Dan dalam eter P.
Penyimpanan     :  Dalam wadah tertutp rapat, terlindung dari cahaya; di tempatsejuk, jauh dari nyala api.
Kegunaan            :  Sebagai zat tambahan
3)  Asam Borat (Ditjen POM, 1979 : 49)
Nama resmi         :  ACIDUM BORICUM
Nama lain            :  Asam Borat
OH - B – OH

       OH
 
RM / BM               :  H3BO3/ 61,83
RS                         : 

Pemerian             :  Hablur, serbuk hablur putihatau sisik mengkilap tidak berwarna; kasar; tidak berbau;rasa agak asam dan pahit kemudian manis.
Kelarutan             :  Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air mendidih, dalam 16 bagian etanol (95%) p dan dalam 5 bagian gliserol p.
Penyimpanan     :  Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan           :  Sebagai sampel
4)  Gliserin (Ditjen POM, 1979 :271)
Nama Resm        :  GLYCEROLUM
Nama Lain           :  Gliserin / gliserol
Bobot jenis           :  1,255 sampai 1,260 g/mL
Pemerian             :  Cairan seperti sirop. Cairan jernih, tidak berwarna  dan berbau, mansis diikuti rasa hangat.
Kelarutan             : Dapat bercampur dengan air dan alkohol 95%
Penyimpanan     :  Dalam wadah tertutp rapat
Kegunaan           :  Sebagai sampel
5)   Minyak Kelapa (Ditjen POM, 1979 :456)
Nama Resmi        :  OLEUM COCOS
Nama Lain           :  Minyak kelapa
Bobot jenis           :  0,940 sampai 0,950  g/mL
Pemerian             :  Cairan jernih, tidak berwarna,  bau khas dan tidak tengik.
Kelarutan             :  Sangat mudah olarut dalam kloroform P dan eter P
Penyimpanan     :  Dalam wadah tertutp baik, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk.
Kegunaan            :  Sebagai sampel
6)  Parafin Cair  (Ditjen POM, 1979 :474-475)
Nama Resmi       : PARAFFINUM LIQUIDUM
Nama Lain           : Parafin Cair
Bobot jenis           : 0,87 – 0,89  g/mL
Pemerian             :  Cairan kental, transparan, hamper tidak berbau, hamper tidak mempunyai masa.
Kelarutan             : Sangat mudah olarut dalam kloroform P dan eter P
Penyimpanan     :  Dalam wadah tertutp baik, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk.
Kegunaan           : Sebagai sampel
7)  Sirop (Ditjen POM, 1979 :31)
Nama resmi         :  SIRUPI
Nama lain            :  Sirop
Isi bersih               :  600 mL
Bobot jenis           :  1,59 g/mL
Komposisi            :  Gula pasir, air, ekstrak kelapa, ekstrak melon, perisa melon, pengatur keaasaman, asam sitrat, pewarna(Ponceau 4R (Cl 16255) & Tartrazin (Cl 19140)
Diproduksi oleh : PT.Lasallefood Indonesia Depok 16952-Indonesia
BPOM R1           : MD 149410097017
Label Halal MUI : 00120018940102
Pemerian             :  Sediaan cair mengandung sakarosa.
Kegunaan            :  sebagai sampel
C.   Prosedur Kerja (Anonim, 2013)
a.  Menentukan kerapatan Bulk
a.  Timbang asam Borat sebanyak 10 gr, kemudian masukkan kedalam gelas ukur 50 Ml
b.  Ukur volume zat padat
c.   Hitung kerapatan Bulk menggunakan persamaan
b.  Menentukan kerapatan Mampat
a.  Timbang zat padat sebanyak 10 gr.
b.  Masukkan kedalam gelas ukur
c.   Ketuk sebanyak 100 kali ketukan
d.  Ukur volume yang terbentuk
e.  Hitung kerapatan mampat dengan persamaan :
Kerapatan mampat =
c.   Menentukan kerapatan sejati
a.  Timbang piknometer yang bersih dan keringkan bersama tutupannya (W1)
b.  Isi piknometerdengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian volumenya. Timbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnya (W3)
c.   Isikan parafin cair perlahan-lahan kedalam piknometer berisi zat padat, kocok-kocok, dan isi sampai penuh sehingga tidak ada gelembung udara didalamnya
d.  Timbang piknometer berisi zat padat dan parafin cair tersebut beserta tutupnya (W4)
e.  Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan parafin cair dan tutupnya (W2)
f.    Hitung kerapatan zat menggunakan persamaan :
P padatan =
d.  Menentukan bobot jenis cairan
a.  Gunakan piknometer yang kering
b.  Timbang piknometer kosong (W1), lalu isi dengan air suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang (W2)
c.   Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnyapada suhu yang sama pada saatpengukuran air suling, dan timbang (W3)
d.  Hitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan :
Dt =














BAB III
PROSEDUR KERJA
A.   Alat Dan Bahan
a.    Alat-alat yang digunakan :
Adapun alat-alat yang digunakan antara lain : botol semprot, gelas ukur 25 mL, piknometer 25 mL, pipet tetes, timbangan analitik
b.    Bahan-bahan yang digunakan :
Adapun bahan-bahan yang digunakan antara lain : air suling, alkohol, asam borat, gliserin, minyak kelapa, parafin cair, sirop (Marjan), tissue
B.   Cara Kerja
a.  Menentukan Kerapatan Bulk
Ø Ditimbang asam borat sebanyak 10 g, letakkan pada kertas timbang yang dilapisi aluminium foil.
Ø Dimasukkan pada gelas ukur 50 mL
Ø Ukur volume asam borat dalam gelas ukur.
Ø Dihitung kerapatan Bulk-nya.
b.  Menentukan Kerapatan Mampat
Ø Ditimbang asam borat sebanyak 10 g, letakkan pada kertas timbang yang dilapisi aluminium foil.
Ø Dimasukkan kedalam gelas ukur.
Ø Lalu diketuk sebanyak 100 kali ketukan.
Ø Diukur volume pada gelas ukur.
Ø Dihitung kerapatan Mampat-nya
c.   Menentukan Kerapatan Sejati
Ø Ditimbang piknometer yang telah dibersihkan dan dikeringkan bersama tutupnya.
Ø Piknometer diisi dengan asam borat hingga terisi 2/3 bagian. Lalu, timbang kembali bersama tutupnya.
Ø Piknometer yang berisi asam borat diisi dengan paraffin cair perlahan-lahan hingga penuh dan tidak ada gelembung udara didalamnya. Kemudian ditimbang beserta tutupnya.
Ø Dibersihkan piknometer tadi, lalu ditimbang dengan paraffin cair didalamnya.
Ø Dihitung kerapatan zat-nya.
d.   Menentukan Bobot Jenis Cairan
Ø  ALKOHOL
-       Digunakan piknometer yang bersih dan kering.
-       Ditimbang piknometer kosong ( W1), lalu isi dengan air suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang ( W2)
-       Dibuang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan seperti yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan timbang ( W3 ),
-       Dihitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan :

Ø  GLISERIN
-       Digunakan piknometer yang bersih dan kering.
-       Ditimbang piknometer kosong ( W1), lalu isi dengan air suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang ( W2)
-       Dibuang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan seperti yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan timbang ( W3 ),
-       Dihitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan :

Ø  MINYAK KELAPA
-     Digunakan piknometer yang bersih dan kering.
-     Ditimbang piknometer kosong ( W1), lalu isi dengan air suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang ( W2)
-     Dibuang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan seperti yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan timbang ( W3 ),
-     Dihitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan :
Ø  SIRUP
-     Digunakan piknometer yang bersih dan kering.
-     Ditimbang piknometer kosong ( W1), lalu isi dengan air suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang ( W2)
-     Dibuang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan seperti yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan timbang ( W3 ),
-     Dihitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan :












BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.   Hasil Dan Perhitungan
a.    Kerapatan bulk
Bobot zat (gram)
10 gram
Volume bulk (mL)
10 mL
Kerapatan bulk (mL)
1 gram/mL

Perhitungan :
Kerapatan bulk   =   bobot zat
                                                Volume bulk
= 10 g
        10 mL
     =  1  g/mL
b.    Kerapatan mampat
Bobot zat (gram)
10 gram
Volume mampat (mL)
9 mL
Kerapatan mampan (g/mL)
1,111 g/mL

Perhitungan :
Kerapatan mampat            =   bobot zat
                                                  v.mampat
                               
                                   =    10 g
                                          9 mL
                                   =   1,111 g/mL
c.   Kerapatan sejati
Bobot pikno kosong (gram)
15,608 gram
Bobot pikno + zat cair (gram)
36,573 gram
Bobot pikno + zat padat (gram)
31,470 gram
Bobot pikno zat padat + cair (g/mL)
43,727 gram

Perhitungan :
         Î¡ padatan            =          (W3-W1)
     (W2-W1)- (W4-W3)
                              =              (31,470 – 15,608)
                                             (36,576-15,608)-(43,727-31,470)
                                       =            15,861
                                             (20,967) – (12,257)
                                       =     15,861                 =   1,81 g/ml
                                                   8,71






d.   Bobot jenis zat cair
Bobot pikno kosong  (g)
Bobot pikno + air (g)
Bobot pikno +zat cair (g)



Bobot jenis zat cair(g/ml)
15,608 g
41,179 g
alkohol 40,009  g
gliserin 47,632 g
minyak kelapa 38,836 g
sirup 49,530
akohol 0,954 g
gliserin 1,252 g
minyak kelapa 0,908 g
Sirup 1,326

Alkohol          =   W3  -  W1 
                               W2  - W1
                         =   40,009 – 15,608
                              41,176 – 15,608
                         =   24,400  
                              25,570
                          =    0,954
Minyak kelapa   =  W3 - W1
                              W2 - W1
                        =    38,836 – 15,608    =  23,227
                              41,179 – 15,608        25,570
                        =   0,908
Gliserin          =   W3 - W1
                             W2 - W1
                        =   47,632 – 15,608     =    32,204
                             41,179 – 15,608           25,571
                                       =   1,252
   Sirup           =   W3 - W1
                             W2 - W1
                          =  49,530 – 15,608
                              41,179 – 15,608
                          =  33,921
                              25,570
                           = 1,326

                                             





B.    PEMBAHASAN
Bobot jenis adalah perbandingan antara bobot suatu zat sebanding dengan volume zat tersebut pada suhu tertentu (25o C). Sedangkan rapat jenis adalah perabndingan antara bobot jenis suatu zat dengan bobot jenis zat pembanding  pada suhu tertentu.
Kerapatan atau densitas merupakan salah satu dari sifat intensif. Dengan kata lain, kerapatan suatu zat tidak tergantung dari ukuran sampel. Kerapatan merupakan perbandingan antara massa dan volume dari suatu senyawa. Makin besar volume dan massa dari suatu senyawa, makin kecil kerapatannya. Begitu juga sebaliknya, makin kecil volume dan massa suatu senyawa, kerapatannya makin besar.
Dalam percobaan ini akan dilakukan penentuan bobot jenis dan rapat jenis dari sampel cairan dengan menggunakan piknometer. Dimana dari hasil pengukuran  alat tersebut akan dibandingkan hasil yang diperoleh dengan yang ada pada literatur.
Piknometer merupakan alat yang terbuat dari kaca dengan berbentuk Erlenmeyer kecil dengan volume hingga 50 ml. Alat ini sering digunkan untuk penentuan bobot jenis karena prinsip kerjanya cukup mudah dan sederhana.
Sebelum memulai percobaan, terlebih dahulu piknometer dibersihkan dengan menggunakan air suling, kemudian dibilas dengan alkohol untuk mempercepat pengeringan piknometer kosong tadi. Selain itu karena sifat  alkohol yang mudah menguap, dan dapat  melarutkan lemak yang masih tertinggal pada dinding pikno. Pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa dari pembersihan, karena biasanya pencucian meninggalkan tetesan pada dinding alat yang dibersihkan, sehinggga dapat mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot jenis sampel. Pemakaian alkohol sebagai pembilas memiliki sifat-sifat yang baik seperti mudah mengalir, mudah menguap dan bersifat antiseptikum. Jadi sisa-sisa yang tidak diinginkan dapat hilang dengan baik, baik yang ada di luar, maupun yang ada di dalam piknometer itu sendiri.
Dari hasil penimbangan ini dapat dicari bobot jenis sampel nantinya, yakni dengan menimbang piknometer berisi sampel terlebih dahulu, kemudian bobot jenis diperoleh dengan memperkurangkannya dengan berat piknometer kosong tadi.
Setelah ditimbang kosong, piknometer lalu diisikan dengan aquadest, sebagai pembanding kemudian dengan sampel yang lain (paraffin, minyak kelapa, sirop dan gliserin). Pengisian dari masing-masing sampel ke dalam piknometer harus dilakukan dengan hati-hati karena pemasukannya melalui mulut piknometer yang tidak lebar. Pengisiannya pun harus pelan-pelan, yakni diisikan melalui bagian dinding dalam dari piknometer. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya gelembung udara di dalam piknometer yang ditimbulkan dari pengisian sampel ke dalam piknometer yang salah  prosedurnya. Dengan adanya gelembung udara di dalam piknometer, dapat mempengaruhi penimbangan nantinya.
Pada proses pemindahan piknometer, diusahakan piknometer tidak bersentuhan dengan tangan untuk menghindari menempelnya lemak yang mungkin terdapat di tangan yang nantinya akan mengganggu hasil penimbangan. Jadi piknometer di pegang dengan bantuan tissue.
Sedangkan hydrometer prinsip kerjanya berdasarkan pada hokum Archimedes tentang gaya apung, bahwa apabila suatu benda dimasukkan dalam zat cair, maka benda tersebut akan mendapat gaya ke atas sebesar jumlah zat cair yang dipindahkan. Pada metode ini mempunyai keuntungan yaitu penggunaan alat pada saat pengukuran lebih praktis yaitu tinggal dicelupkan ke dalam larutan uji, sedangkan kerugiannya yaitu larutan uji yang digunakan sangat banyak yaitu 500 mL sampai 1000 mL.
Adapun keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer adalah mudah dalam pengerjaan. Sedangkan kerugiannya yaitu berkaitan dengan ketelitian dalam penimbangan. Jika proses penimbangan tidak teliti maka hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan hasil yang ditetapkan literatur. Disamping itu penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer memerlukan waktu yang lama.
Perbedaaan percobaan Bj /Rj ini dengan viskositas yaitu percobaan ini bertujuan untuk menentukan bobot jenis dan rapat jenis yang dihitung untuk mengetahui koefisien viskositanya. Akan tetapi bila dilihat dari rumus penentuan bobot jenis, baik percobaan penentuan Bj maupun viskositas adalah sama.
Aplikasinya dalam bidang farmasi untuk memungkinkan pengubahan jumlah zat formula farmasetik dari bobot menjadi volume dan sebaliknya. Bobot jenis juga digunakan untuk mengubah pernyataan kekuatan dalam b/b, b/v, dan v/v. selain itu, kerapatan dan berat jenis suatu zat atau cairan digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam senyawa cair, digunakan juga untuk identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan suatu zat.
Pemampatan serbuk adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi di mana bahan – bahan dihadapkan pada suatu tingkat dari gaya mekanik. Pada industri farmasi, efek dari gaya semacam itu sangat perlu di dalam pengolahan tablet dan granul, dalam pengisian cangkang kapsul gelatin, dan penanganan serbuk secara umum.
Digunakannya parafin cair dalam penentuan kerapatan sejati karena asam borat tidak dapat larut dalam air, dan selain itu parafin cair dapat menutup semua pori asam borat.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil perhitungannya yaitu untuk kerapatan bulk dengan sampel asam borat kerapatan bulknya adalah 1 g/mL, untuk kerapatan mampat dengan sampel asam borat adalah 1,111 g/mL dan kerapatan sejati dengan sampel asam borat dan paraffin cair adalah 1,81 g/mL.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan beberapa zat cair yaitu minyak goreng, gliserin, akohol dan sirup marjan, diperoleh bobot jenis yang berbeda – beda dari masing – masing zat cair yang diuji. Hasil percobaan ini didapati bahwa bobot jenis untuk minyak kelapa adalah 0,908 g/mL, bobot jenis alkohol adalah 0,954 g/mL, bobot jenis untuk gliserin adalah 1,252 g/mL dan bobot jenis untuk sirup marjan adalah 1,326 g/mL. Sedangkan pada literatur, bobot jenis untuk minyak kelapa adalah 0,940-0,950 g/mL, bobot jenis alkohol adalah 0,8819-813 g/mL, bobot jenis untuk gliserin adalah 1,255-1,260 g/mL dan bobot jenis untuk sirup marjan adalah 1,59 g/mL. Perbandingan antara hasil praktikum dengan hasil literatur terdapat perbedaaan, tetapi tidak menjadi suatu masalah antara hasil praktikum dengan hasil literatur, sebab penyimpangan relatif tidak bedah jauh sehingga dapat di abaikan.
Adapun perbedaan hasil ini kemungkinan disebabkan oleh :
  1. Kesalahan pembacaan skala pada alat
  2. Cairan yang digunakan sudah tidak murni lagi sehingga mempengaruhi bobot jenisnya
  3. Pengaruh suhu dari pemegang alat, juga berpengaruh pada alat
  4. Kesalahan-kesalahan praktikan seperti tidak sengaja memegang piknometer
  5. Pemanasan pada piknometer tidak sempurna, terdapat gelembung atau titik air dalam piknomter setelah dipanaskan.





















BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1.  KESIMPULAN
Dari hasil pratikum diperoleh : kerapatan bulk asam borat adalah 0,625 gr/mL, kerapatan mampat asam sitrat adalah 1 gr/mL, kerapatan  sejati   paraffin, minyak kelapa, dan gliserin  adalah  0,857  g/mL, 0,7918 g/mL, 1,285 g/mL. Sedangkan bobot jenis minyak kelapa, alcohol, gliserin dan sirop marjan adalah 0,908 g/mL, 0,954 g/mL, 1,252 g/mL, 1,326 g/mL. Hal ini sesuai literatur bahwa bobot jenis paling besar dari keempat sampel (alkohol, minyak kelapa, gliserin dan sirop marjan) adalah sirop marjan dengan bobot jenis 1,326 g/mL.
VI.2.   SARAN
                     Sebaiknya digunakan sampel yang lain agar hasilnya lebih bervariasi dan sebaiknya alat dan bahan dilengkapi agar memudahkan jalannya praktikum.






DAFTAR PUSTAKA
Voight,  R.  1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. UGM  Press. Yogyakarta

Gibson,M.,2004. Pharmaceutical preformulation.CRC press.USA.
Roth, Herman J dan Gottfried B. 1988. Analisis  Farmasi.  UGM  Press. Yogyakarta
  
.Anonim, 2013. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Universitas Muslim    Indonesia. Makassar

Lachman,L.,1986. Teori dan praktek Farmasi Industri. Jakarta
Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI.  Jakarta

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI. Jakarta

Ansel H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Terjemahan Faridah Ibrahim, Universitas Indonesia Press. Jakarta

Voight,R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Terjemahan Dr. Soendani Noerono, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.